Penakbisan Seorang Raja
Si Singa Mangaraja
Si Singa Mangaraja
Cara Penakbisan seorang Raja pada Kerajaan Batak Raja Si Singa Mangaraja bukanlah hal yang gampang. Mungkin menurut kita dengan akal-akalan kita dan kebijakan kita bisa menjadi seorang Raja. Tapi ada hal-hal tertentu yang tidak bisa kita dapati. Biasanya Ugason (upacara) ini diikuti dengan cuaca musim kemarau, sehingga masyarakat mengharapkan turunnya hujan melalui tonggo-tonggo Raja Sisingamangaraja. Dengan berkat para Si Onom Ompu (Marga Si Onom Ompu yaitu Bakara, Sinambela, Sihite, Simanullang, Marbun dan Purba=>Simamora) dari Bakara mempersiapkan upacara margondang lalu meminta kesediaan para putera Raja Si Singa Mangaraja untuk mereka gondangi.
Putera Raja akan memakai pakaian ulos batak seperti Jogia Sopipot dan mengangkat Pinggan Pasu berisi beras sakti beralaskan ulos Sande Huliman sebagai syarat-syarat martonggo (berdoa), putera raja inipun dipersilahkan untuk memulai acara spritual tersebut. Iapun meminta gondang dan menyampaikan tonggo-tonggo (berdoa) kepada Ompunta Mula Jadi Nabolon untuk meminta turunnya hujan, kemudian manortorlah putera raja ini. Pada saat manortor itu langitpun mendung dan akhirnya turun hujan lebat dan hujan inipun harus dapat diberhentikannya juga, bukan cuma memanggilnya saja. Dengan demikian masyarakat Si Onom Ompupun menyambutnya dengan kata "Horas ... Horas .... Horas".
Seperangkat pusaka kerajaan yang dititip Pamannya Raja Uti (Raja Hatorusan) sebagai pewaris Kesaktiaannya, akan diberikan kepada putera raja tersebut sebagai bahan syarat yang harus di tempuh untuk menjadi raja seperti:
1. Piso gaja Dompak;
2. Pungga Haomasan;
3. Tikkar Haomasan Si Pitu Lampis;
4. Hujur Siringis;
5. Podang Halasan;
6. Tabu-tabu Sitarapullang;
7. Cap Raja Baru.
2. Pungga Haomasan;
3. Tikkar Haomasan Si Pitu Lampis;
4. Hujur Siringis;
5. Podang Halasan;
6. Tabu-tabu Sitarapullang;
7. Cap Raja Baru.
Kalau Piso Gaja Dompak, jika diserahkan kepada putera raja tersebut harus dapat dicabut/dihunusnya dengan sempurna dari sarangnya serta diangkatnya ke atas sambil manortor. Bukan hanya itu pedang yang di cabut harus "Sinintak marungut-ungut, pinasarung marhata-hata" (Dicabut berbisik-bisik dan di sarungkanpun harus berbicara). Jika hal ini tidak bisa dilaksanakan maka putra raja tersebut tidak layak jadi raja.
Sebagian orang yang mengetahui hanya hal tersebut di atas sudahlah sempurna jadi seorang raja, namun masih ada tahapan yang tersembunyi yang tidak dipublikasikan. Tahapan pencabutan Piso Gajah Dompak, merupakan tahapan bagian akhir.
Tahap berikutnya harus duduk di atas Late Tiar, Tikkar Haomason yang 7 lappis dan biasanya seorang Raja Baru tikkar tersebut jika diduduki akan terangkat seperti melayang dan putera raja meminta gondang yang pas untuk hal tersebut.
Tahapan berikutnya menggosok Pungga Haomason (Batu Gosok berbulu yang terbuat dari emas sempurna) pada dada Putera Raja yang mau jadi raja, bulu dada calon seorang raja tersebut akan membentuk pusaran yang hangat dan dingin petanda dia sanggup memimpin rakyatnya pada posisi pasang-surutnya kerajaan.
Sampai komunikasi dengan Tabu-tabu Si Tara Pulllang. Terakhirlah sebenarnya pencabutan pedang Pusaka Gajah Dompak, simbol raja yang Sempurna.
Siapa di antara putera raja itu yang bisa melakukan hal-hal di atas dialah yang menjadi Raja Si Singa Mangaraja yang berikutnya, juga tidak ada ketentuan harus putera tertua jadi raja pengganti raja sebelumnya.
Sebagian orang yang mengetahui hanya hal tersebut di atas sudahlah sempurna jadi seorang raja, namun masih ada tahapan yang tersembunyi yang tidak dipublikasikan. Tahapan pencabutan Piso Gajah Dompak, merupakan tahapan bagian akhir.
Tahap berikutnya harus duduk di atas Late Tiar, Tikkar Haomason yang 7 lappis dan biasanya seorang Raja Baru tikkar tersebut jika diduduki akan terangkat seperti melayang dan putera raja meminta gondang yang pas untuk hal tersebut.
Tahapan berikutnya menggosok Pungga Haomason (Batu Gosok berbulu yang terbuat dari emas sempurna) pada dada Putera Raja yang mau jadi raja, bulu dada calon seorang raja tersebut akan membentuk pusaran yang hangat dan dingin petanda dia sanggup memimpin rakyatnya pada posisi pasang-surutnya kerajaan.
Sampai komunikasi dengan Tabu-tabu Si Tara Pulllang. Terakhirlah sebenarnya pencabutan pedang Pusaka Gajah Dompak, simbol raja yang Sempurna.
Siapa di antara putera raja itu yang bisa melakukan hal-hal di atas dialah yang menjadi Raja Si Singa Mangaraja yang berikutnya, juga tidak ada ketentuan harus putera tertua jadi raja pengganti raja sebelumnya.
Si Singa Mangaraja I - XII
Raja Si Singamangaraja secara berturut-turut yang berpusat di Bakkara, Tapanuli adalah sebagai berikut:
- Si Singa Mangaraja I, Raja Manghuntal.
- Si Singa Mangaraja II, Ompu Raja Tinaruan.
- Si Singa Mangaraja III, Raja Itubungna.
- Si Singa Mangaraja IV, Tuan Sorimangaraja.
- Si Singa Mangaraja V, Raja Pallongos.
- Si Singa Mangaraja VI, Raja Pangolbuk.
- Si Singa Mangaraja VII, Ompu Tuan Lumbut.
- Si Singa Mangaraja VIII, Ompu Sotaronggal.
- Si Singa Mangaraja IX, Ompu Sohalompoan.
- Si Singa Mangaraja X, Ompu Tuan Na Bolon.
- Si Singa Mangaraja XI, Ompu Sohahuaon.
- Si Singa Mangaraja XII, Patuan Bosar (Ompu Pulo Batu).
HORAS.